Perkembangan bisnis dengan aplikasi digital bukan hanya soal teknologi atau keuntungan ekonomi, tetapi juga menyangkut bagaimana masyarakat sebagai warga negara (citizen) berperan aktif dalam membangun ekosistem yang sehat, adil, dan berkelanjutan. Bisnis digital tumbuh di atas fondasi interaksi sosial, kepercayaan konsumen, serta regulasi pemerintah. Tanpa dukungan perilaku kewarganegaraan yang baik, perkembangan tersebut bisa terhambat oleh penyalahgunaan, konflik kepentingan, hingga krisis kepercayaan. Oleh karena itu, setiap individu memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk berkontribusi memajukan perilaku kewarganegaraan dalam konteks bisnis digital.
1. Literasi Digital sebagai Tanggung Jawab Warga Negara
Hal pertama yang sangat penting adalah literasi digital. Masyarakat perlu memiliki kemampuan memahami, menilai, dan memanfaatkan informasi yang beredar di ruang digital. Tanpa literasi yang memadai, warga negara mudah terjebak dalam penipuan online, hoaks, atau penyalahgunaan data pribadi.
Sebagai warga negara yang baik, setiap individu harus:
- Memastikan kebenaran informasi sebelum membagikannya.
- Memahami kebijakan privasi ketika menggunakan aplikasi digital.
- Menjaga etika dalam berkomunikasi di platform digital.
Dengan literasi yang tinggi, masyarakat tidak hanya menjadi konsumen cerdas, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan pasar digital yang sehat.
2. Menjaga Keamanan Data dan Privasi
Dalam bisnis digital, data merupakan aset berharga. Masyarakat harus berperan aktif menjaga keamanan data pribadinya agar tidak dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab. Misalnya, tidak sembarangan membagikan kata sandi, menggunakan autentikasi ganda, dan menghindari tautan mencurigakan.
Selain itu, warga negara juga memiliki kewajiban moral untuk tidak menyalahgunakan data orang lain. Menjual, menyebarkan, atau memanipulasi data tanpa izin adalah bentuk pelanggaran serius yang dapat merugikan ekosistem digital secara keseluruhan.
3. Mendorong Keadilan Ekonomi Melalui Dukungan pada UMKM Digital
Bisnis digital bukan hanya milik perusahaan besar, tetapi juga menjadi ruang bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) untuk berkembang. Sebagai bagian dari kewarganegaraan aktif, masyarakat dapat berperan dengan cara mendukung produk-produk lokal melalui platform digital.
Contohnya: membeli produk UMKM di marketplace, memberi ulasan positif yang membangun, atau membantu promosi usaha kecil lewat media sosial. Langkah sederhana ini menciptakan keadilan ekonomi dan memperkuat perekonomian nasional.
4. Etika dalam Transaksi Digital
Perilaku kewarganegaraan juga tercermin dari etika masyarakat dalam bertransaksi. Konsumen yang bertanggung jawab tidak melakukan kecurangan seperti memesan barang lalu membatalkan sepihak setelah barang dikirim, memberikan ulasan palsu, atau menyebarkan fitnah terhadap pedagang.
Sebaliknya, penjual juga harus jujur dan transparan, memberikan deskripsi produk yang sesuai, serta menghormati hak konsumen. Etika inilah yang menjaga kepercayaan antara penjual dan pembeli di ruang digital.
5. Partisipasi dalam Mengawasi Kebijakan Publik
Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatur regulasi bisnis digital, mulai dari perlindungan konsumen hingga pajak digital. Namun, masyarakat juga memiliki kewajiban untuk ikut mengawasi dan memberikan masukan terhadap kebijakan tersebut.
Partisipasi dapat dilakukan dengan:
- Mengikuti forum publik atau konsultasi terkait kebijakan digital.
- Melaporkan pelanggaran atau penipuan online kepada pihak berwenang.
- Mendorong pemerintah agar membuat regulasi yang adil, inklusif, dan berpihak pada kepentingan rakyat.
Dengan keterlibatan aktif masyarakat, kebijakan publik akan lebih berpihak pada kepentingan bersama.
6. Membentuk Budaya Gotong Royong Digital
Salah satu ciri khas bangsa Indonesia adalah semangat gotong royong. Nilai ini juga relevan dalam konteks bisnis digital. Misalnya, masyarakat dapat saling berbagi pengetahuan tentang cara menggunakan aplikasi, membantu pelaku usaha kecil dalam pemasaran online, atau melakukan kampanye solidaritas melalui donasi digital.
Gotong royong digital tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga membangun fondasi kewarganegaraan yang berorientasi pada kesejahteraan bersama.
7. Meningkatkan Kepedulian Terhadap Isu Sosial dan Lingkungan
Bisnis digital seharusnya tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan. Sebagai warga negara, masyarakat dapat berperan dengan memilih produk dari perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial (CSR) dan peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.
Dengan begitu, masyarakat tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga agen perubahan yang mendorong bisnis lebih bertanggung jawab secara sosial.
Kesimpulan
Era digital telah mengubah wajah bisnis, memperluas peluang, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, keberhasilan bisnis digital tidak hanya ditentukan oleh teknologi dan modal, melainkan juga oleh perilaku kewarganegaraan masyarakat. Literasi digital, keamanan data, dukungan terhadap UMKM, etika transaksi, partisipasi kebijakan publik, gotong royong, dan kepedulian sosial adalah pilar utama yang harus dijaga bersama.
Dengan peran aktif masyarakat, ekosistem bisnis digital akan berkembang lebih sehat, adil, dan berkelanjutan. Pada akhirnya, perilaku kewarganegaraan yang baik bukan hanya bermanfaat bagi keberlangsungan bisnis digital, tetapi juga memperkuat demokrasi ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan bangsa.